🎽 Pelayanan Prima Di Rumah Sakit

pelayananprima bahwa setiap rumah sakit harus melakukan pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada kepuasan masyarakat, agar rumah sakit tetap eksis, ditengah pertumbuhan industri pelayanan kesehatan yang semakin kuat. Upaya rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah dengan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan Prima (Excellent Service) adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan bermutu tinggi dan memuaskan, sedangkan Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik yang diberikan oleh karyawan Rumah Sakit untuk memenuhi bahkan melampaui harapan pengguna jasa . PeraturanMenteri Kesehatan TENTANG Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. ABSTRAK: CATATAN: Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal 09 Januari 2017. Close. FILE-FILE PERATURAN Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf. Download * Klik pada nama file untuk melakukan pratinjau atau klik pada tombol download untuk mengunduh. Pengaruh Persepsi Pasien Atau Keluarganya Tentang Pelayanan Rawat Inap Terhadap Minat Untuk Kembali Bila Memerlukan Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002; PELAYANAN PRIMA Proses Pelayanan Kesehatan Dalam Penerapan Pelayanan Prima Di Rawat Inap Terpadu A1 & A2 Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2002; Rumah sakit menjadi rujukan bagi fasilitas pelayanan kesehatan di bawahnya (Astanti et al., 2020). Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan Direktur Rumah Sakit Daerah dr. Slamet Garut, Maskud Farid, membantah bila pelayanan medis di rumah sakitnya buruk. Menurutnya, pelayanan terhadap pasien merupakan tugas utama setiap tenaga medis. "Itu hanya persepsi saja, kalau kita tidak menerima pasien, itu baru namanya pelayanan buruk," ujarnya. Dia juga membantah jika biaya pembayaran ulang pelayanan rawat jalan SpOG di rumah sakit pirngadi sebesar 22,2%, Persepsi pasien tentang mutu pelayanan baik yaitu 40% pelayanan daya tanggap; 37,8% pelayanan dalam Meryana (2012), jumlah rumah sakit di Indonesia per Mei 2012 sudah mencapai 1.959 unit. Rumah sakit pemerintah sebanyak 785 atau lebih dari 50% merupakan rumah sakit kesesuaian makanan pasien di lapangan dengan standar-standar yang ada. Indonesia mempunyai standar tersendiri untuk pelayanan gizi di rumah sakit. Standar tersebut disebut Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). PGRS tidak menentukan dan mewajibkan secara ketat mengenai menu yang ada di rumah sakit. PGRS Untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pasien, rumah sakit dituntut memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif ini ditentukan oleh sinergi yang positif antara Pemilik Rumah Sakit/Representasi Pemilik/Dewan Pengawas, Direktur Rumah Sakit, para pimpinan di rumah sakit, dan kepala unit kerja unit pelayanan. . Pelayanan prima service excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap cukup prima 73,3%. Masing-masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup, antara lain komponen sikap 74,7%, penampilan 85,3%, perhatian 69,3%, tindakan 69,3%, dan tanggung jawab 72%. Berdasarkan kepuasan pasien, mayoritas responden menilai tidak memuaskan 80%. Terdapat 3 dimensi termasuk dalam kategori tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti fisik. Sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu, jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pelayanan prima dan kepuasan pasien. Rumah sakit perlu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima, serta melakukan pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur dan standar profesinya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 27 PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT KABUPATEN JEMBER THE IMPACT OF EXCELLENT SERVICE ON PATIENT SATISFACTION IN THE INPATIENT INSTALLATION OF THE KALISAT STATE HOSPITAL IN JEMBER REGENCY Febri Diah Perwita1*, Christyana Sandra2, Ragil Ismi Hartanti3 1,2Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember 3Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember *email febriperwita Abstract Excellent service is best service to patients based on quality standards to meet the needs and desires of patients so that patients can get satisfaction. The objectives of this study was to analyze the impact of excellent service on patient satisfaction in the inpatient installation at Kalisat State Hospital in Jember Regency. These was an observational analytic with cro/ss sectional study design. The samples was 75 respondents, by systematic random sampling. The results showed that the majority of respondents rated excellent service at the inpatient installation as quite excellent Each component of excellent service was in the quite good category, including the attitude component appearance attention actions and responsibility 72%. Based on patient satisfaction, the majority of respondents rated it unsatisfactory 80%. There are 3 dimensions that were in the dissatisfied category, namely the dimensions of reliability, responsiveness, and physical evidence. While the other 2 dimensions, that were uarantee and empathy are in the satisfied category. The result of research shows that there is influence between excellent service and patient satisfaction. The hospital must provide training about excellent service, and should also carry out regular internal supervision so that every service carried out will be in accordance with the procedures and professional standards. Keywords service excellent, patient satisfaction, inpatient installation Abstrak Pelayanan prima service excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap cukup prima 73,3%. Masing-masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup, antara lain komponen sikap 74,7%, penampilan 85,3%, perhatian 69,3%, tindakan 69,3%, dan tanggung jawab 72%. Berdasarkan kepuasan pasien, mayoritas responden menilai tidak memuaskan 80%. Terdapat 3 dimensi termasuk dalam kategori tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti fisik. Sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu, jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pelayanan prima dan kepuasan pasien. Rumah sakit perlu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima, serta melakukan 28 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur dan standar profesinya. Kata kunci pelayanan prima, kepuasan pasien, instalasi rawat inap PENDAHULUAN Semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat saat ini turut mendorong peningkatan tuntutan masyarakat untuk mendapatkan haknya dalam berbagai bidang pelayanan kesehatan. Masyarakat mengharapkan terdapat sebuah fasilitas pelayanan kesehatan Faskes yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan yang baik Azwar, 2010. Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan masyarakat dengan mengadakan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN. Era JKN ini mengakibatkan akses ke pelayanan kesehatan terus meningkat karena masyarakat mulai mengerti bahwa untuk mengakses pelayanan kesehatan sudah semakin terbuka. Tujuan diberlakukannya program JKN ini untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat Hadiyati et al., 2017. Di Indonesia terdapat Faskes yang pengelolaannya bersifat padat modal, padat karya, dan padat teknologi yakni rumah sakit. Rumah sakit merupakan mata rantai rujukan pelayanan kesehatan yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dianggap mampu memberikan kualitas pelayanan terbaik karena rumah sakit memiliki banyak sumber daya manusia atau staf profesional, menyediakan peralatan dengan teknologi yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi rumah sakit Herlambang and Murwani, 2012. Namun, pada kenyataannya masih saja terdapat masyarakat yang memiliki keluhan atas buruknya pelayanan yang diterima pada sebuah pelayanan rumah sakit. Sebagian besar keluhan tersebut menyatakan bahwa pelayanan yang dilaksanakan tidak prima dan masih belum sesuai dengan harapan masyarakat atau tidak memuaskan Cahyono, 2012. Kepuasan merupakan perasaan seseorang berupa suka atau kecewa atas perbandingan kinerja yang dipikirkan dengan kinerja yang diharapkan Wijono, 2000. Artinya, tingkat kepuasan yang dirasakan pasien bergantung pada kesesuaian antara harapan kinerja yang diinginkan pasien dengan hasil kinerja yang diterimanya. Jika kinerja yang diterima pasien telah sesuai dengan harapannya, maka pasien akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Namun sebaliknya, jika kinerja yang diterima pasien tidak sesuai dengan harapannya, maka pasien akan merasakan kecewa dan tidak puas. RSD Kalisat merupakan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Jember yang termasuk dalam kelas C. dalam kurun 3 tahun terakhir, perolehan nilai kepuasan pasiennya terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Indeks Kepuasan Masyarakat IKM RSD Kalisat, diketahui bahwa nilai kepuasan pasien RSD Kalisat mengalami penurunan dari tahun 2016 - 2018. Pada tahun 2016, nilai IKM diperoleh sebesar 80. Pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 73,49. Selanjutnya, pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan menjadi 63,01. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak pasien yang merasa belum puas akan pelayanan yang diterima di RSD Kalisat. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan di RSD Kalisat belum berjalan secara optimal, sehingga pasien sebagai pengguna jasa pelayanan merasa kecewa karena tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Berbanding terbalik dengan nilai kepuasan pasien yang terus mengalami penurunan, jumlah kunjungan pasien di instalasi rawat inap justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, jumlah kunjungan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat mencapai Pada tahun 2017 mengalami kenaikan kunjungan menjadi sebesar pasien. Kenaikan kunjungan pasien ini dikarenakan adanya sistem zonasi dalam rujukan berjenjang bagi pasien peserta BPJS. Sehingga kenaikan kunjungan pasien di instalasi rawat inap didominasi dengan pasien peserta BPJS. Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 29 Sistem zonasi rujukan berjenjang ini memang mampu meningkatkan jumlah kunjungan pada perawatan rawat inap. Akan tetapi, jika dilihat dari data IKM RSD Kalisat yang semakin menurun menunjukkan bahwa masih banyak pasien yang merasa belum puas akan pelayanan yang diterimanya. Walaupun demikian, sistem zonasi rujukan berjenjang membuat pasien tidak dapat memilih beralih ke Faskes lain yang mampu memberikan pelayanan yang lebih prima. Untuk menghindari rasa ketidakpuasan pasien, maka rumah sakit perlu menerapkan pelayanan prima. Pelayanan prima service excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan Daryanto and Setyobudi, 2014. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kepmen Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 menyebutkan bahwa hakikat pelayanan publik seperti rumah sakit ialah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Karena, pelayanan yang dilaksanakan secara tidak prima dapat menimbulkan rasa kecewa dan ketidakpuasan pasien. RSD Kalisat telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih optimal. Upaya tersebut yaitu menyediakan pelayanan spesialistik, melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kendala, terutama dalam pemenuhan penyediaan tenaga spesialis yang purna waktu masih terbatas serta penyediaan alat-alat kesehatan dan kedokteran yang kurang karena keterbatasan dalam penyediaan anggaran. Melalui pelaksanaan pelayanan prima di instalasi rawat inap RSD Kalisat, diharapkan dapat menghasilkan tingkat kepuasan pasien yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. Hipotesis yang diajukan ialah adanya pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik dengan desain studi cross sectional, dilaksanakan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember pada November 2018 – Desember 2019 yang diawali dengan studi dokumentasi sebelum melakukan wawancara kepada responden. Populasi penelitian ini adalah pasien peserta BPJS di instalasi rawat inap RSD Kalisat tahun 2017 yang berjumlah dan dikurangi dengan pasien di ruang perinatologi, menjadi pasien rata-rata pasien per bulan = 324. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dan pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, dan data sekunder yang diperoleh RSD Kalisat. Data hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang memanfaatkan pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember selama dilakukannya penelitian ini jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaannya. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden paling banyak adalah perempuan yaitu 40 responden 53,3% sedangkan laki-laki berjumlah 35 responden 46,7%. Berdasarkan usia, paling banyak berada pada usia 26-35 tahun yaitu 23 responden 30,7% yang dikategorikan sebagai usia dewasa awal. Berdasarkan pendidikan terakhir, paling banyak responden berpendidikan tamat SD/MI yaitu sebanyak 24 responden 32%. Sedangkan berdasarkan pekerjaannya, paling banyak responden berstatus sebagai ibu rumah tangga yaitu 34 responden 45,3%, sedangkan sisanya bekerja sebagai petani 38,7%, wiraswasta 10,7%, dan buruh 5,3%. 30 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Distribusi Pelayanan Prima Pelayanan prima merupakan suatu rasa peduli yang diberikan oleh instansi kepada pelanggannya melalui pemberian pelayanan yang terbaik agar kebutuhan pelanggan terpenuhi dan tercipta rasa puas. Tabel 2. Distribusi Pelayanan Prima di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap RSD Kalisat termasuk cukup prima yaitu 55 responden 73,3% dan 20 responden lainnya 26,7% menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap RSD Kalisat sudah prima. Pelayanan prima terdiri dari lima komponen yaitu komponen sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab. Distribusi penilaian dari tiap-tiap komponen ditunjukkan oleh Tabel 3 berikut Tabel 3. Distribusi Nilai Komponen Pelayanan Prima Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa sikap petugas di instalasi rawat inap RSD Kalisat sudah cukup prima yaitu sebanyak 56 responden 74,7%. Penampilan petugas termasuk cukup prima yaitu 64 responden 85,3%. Perhatian petugas termasuk dalam kategori cukup prima yaitu 52 responden 69,3%. Tindakan yang dilakukan petugas termasuk cukup prima yaitu 52 responden 69,3%. Dan tanggung jawab petugas termasuk cukup prima yaitu 54 responden 72%. Distribusi Kepuasan Pasien Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk hasil terhadap ekspektasi harapan mereka Kotler dalam Wijono, 2000. Tingkat kepuasan pasien didapatkan melalui perbandingan antara harapan dan kenyataan pasien atas pelayanan yang diterima di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Penilaian kepuasan pasien terdiri dari 5 dimensi yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan bukti fisik. Distribusi penilaian responden terhadap tingkat kenyataan dan harapan pada pelayanan di instalasi rawat inap RSD Kalisat berdasarkan masing-masing dimensi dapat dilihat pada Tabel 4. Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 31 Tabel 4 menunjukkan bahwa, penilaian berdasarkan kenyataan pelayanan yang diterima responden di instalasi rawat inap RSD Kalisat yaitu mayoritas responden menilai kehandalan petugas termasuk cukup yaitu sebanyak 60 responden 80%. Ketanggapan petugas termasuk cukup yaitu 61 responden 81,3%. Jaminan yang diberikan petugas termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 44 responden 58,7%. Empati petugas termasuk baik yaitu 42 responden 56%. Dan bukti fisik di RSD Kalisat termasuk cukup yaitu sebanyak 54 responden 72%. Sedangkan penilaian berdasarkan harapan responden atas pelayanan yaitu responden paling banyak menilai harapan pada kehandalan petugas dalam kategori cukup yakni sebanyak 39 responden 52%. Harapan pada ketanggapan petugas termasuk baik yaitu 40 responden 53,3%. Harapan pada jaminan yang diberikan petugas termasuk dalam kategori cukup yaitu 40 responden 53,3%. Harapan responden pada empati petugas termasuk cukup yaitu 43 responden 57,3%. Dan harapan responden pada bukti fisik di instalasi rawat inap RSD Kalisat termasuk baik yaitu 54 responden 72%. Dari nilai kenyataan dan harapan responden pada kepuasan pasien tersebut, selanjutnya akan dilihat perbandingannya untuk memperoleh tingkat kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat. Hasil tingkat kepuasan pasien disajikan oleh Tabel 5. Tabel 4. Distribusi Tingkat Kenyataan dan Harapan Responden Tabel 5. Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien Tabel 5 menunjukan bahwa dari 5 dimensi kepuasan pasien hanya terdapat tiga yang diperoleh hasil tidak puas yaitu dimensi kehandalan -109, ketanggapan -77, dan bukti fisik -141. Sedangkan dua dimensi lainnya termasuk dalam kategori puas, yaitu dimensi jaminan 29, dan empati 14. 32 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Kepuasan Pasien Data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner mengenai pelayanan prima dan kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana. Setelah data dinyatakan telah memenuhi persyaratan uji asumsi klasik, hasil uji regresi linier sederhana diperoleh persamaan sebagai berikut 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 𝑌 = −39,396 + 0,396𝑋 Keterangan Y variabel terikat dependent a nilai koefisien b koefisien regresi X variabel bebas independent Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa nilai koefisien a sebesar -39,396 menunjukkan apabila variabel pelayanan prima diabaikan, maka nilai kepuasan pasien akan menurun sebesar 39,396. Nilai bX merupakan besarnya kontribusi pelayanan prima yang mempengaruhi kepuasan pasien. Nilai bX sebesar 0,396 menunjukkan pengaruh pelayanan prima yang positif terhadap kepuasan pasien, setiap penambahan 1% pada variabel pelayanan prima maka akan meningkatkan nilai kepuasan pasien sebesar 0,396. Hal ini berarti bahwa semakin baik tingkat pelayanan prima maka semakin baik pula tingkat kepuasan pasien yang dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya. Selain itu juga diperoleh nilai R sebesar 0,230 23%. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel pelayanan prima terhadap variabel kepuasan pasien, namun pengaruh tersebut tidak cukup kuat yakni hanya sebesar 23%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Hipotesis Penelitian Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji t parsial dan uji F simultan. Pada uji t, dikatakan signifikan apabila nilai t hitung > t tabel sehingga H0 ditolak, artinya variabel bebas secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat atau apabila nilai signifikansi t tabel = 1,993 dan nilai signifikansi = 0,047 F tabel atau apabila nilai signifikansi F tabel = 3,970 dan nilai signifikansi = 0,047 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh antara pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat, dan model regresi yang digunakan dinyatakan layak untuk digunakan. PEMBAHASAN Pelayanan Prima di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Pelayanan prima service excellent menurut pengertian pelayanan yang berarti usaha melayani kebutuhan orang lain, dengan prima yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan Wijono, 2000. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden menilai bahwa pelayanan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember sudah cukup prima yaitu sebesar 73,3%. Apabila dilihat dari penilaian tiap-tiap komponen pada pelayanan prima, sebagian besar pasien rawat inap RSD Kalisat menilai bahwa masing-masing komponen pelayanan prima tersebut dalam kategori cukup. Dari kelima komponen tersebut, komponen perhatian dan tindakan menjadi komponen pelayanan prima yang memperoleh jumlah nilai tertinggi yaitu masing-masing sebesar 173, dan komponen penampilan memperoleh jumlah nilai terendah yaitu sebesar 161. Perhatian adalah kepedulian penuh yang dimiliki petugas terhadap pasiennya baik yang menyangkut dengan perhatian akan keinginan dan kebutuhan pasien maupun yang berkaitan dengan pemahaman petugas atas kritik dan sarannya Barata, 2014. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, petugas di instalasi rawat inap Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 33 sudah memiliki rasa peduli yang cukup baik terhadap pasien. Petugas seringkali menanyakan keluhan pasien, dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini tentu saja membuat pasien merasa senang dan merasa sangat diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhan dan keinginannya. Akan tetapi, tidak semua petugas memiliki rasa perhatian yang tinggi sehingga masih ada pasien yang menilai petugas yang kurang peduli dan bersikap acuh terhadap pasien. Menurut Ulfa dan Azlina 201688, sebagai seorang petugas pada jasa pelayanan harus senantiasa mencermati dan memperhatikan keinginan dan kebutuhan pasien. Apabila pasien sudah menunjukkan minatnya untuk membeli jasa yang ditawarkan. Dalam hal ini sebaiknya petugas dapat bersikap lebih aktif terhadap apa saja informasi yang dibutuhkan pasien. Tindakan adalah perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, tindakan yang dilakukan petugas dalam melayani pasien sudah cukup baik. Pasien merasa bahwa petugas sudah cepat dalam memenuhi panggilan pasien dan dengan sigapnya dapat membantu pasien yang sedang mengalami kesulitan. Namun, penilaian yang cukup ini dikarenakan informasi-informasi yang disampaikan oleh petugas kurang jelas sehingga terkadang pasien masih tidak mengerti. Dalam hal ini alangkah baiknya apabila petugas mau menyampaikan informasi dengan sabar, runtut, dan menggunakan bahasa yang dapat mudah dimengerti oleh pasien. Konsep pelayanan prima berdasarkan penampilan berkaitan dengan sikap seseorang dalam mengekspresikan diri dalam keserasian berbusana. Seringkali penampilan seseorang dikaitkan dengan cerminan kepribadian dan citra diri orang tersebut Barata, 2014. Berdasarkan wawancara, pasien rawat inap menilai bahwa penampilan petugas sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari penampilan petugas yang berpakaian rapi, bersih, serta memakai seragam dan atribut yang sesuai. Penampilan yang baik ini harus tetap dipertahankan sehingga pasien dapat meilihat citra diri yang baik pada petugas. Dengan penampilan yang baik petugas dapat menunjukkan sikap penghargaan terhadap pasien serta menunjukkan kepantasan tampilan pada saat berinteraksi dan melayani pasien. Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Secara sederhana kepuasan pelanggan merupakan keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi Nasution, 2001. Pasien akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menilai pelayanan di instalasi rawat inap RSD Kalisat tidak memuaskan yaitu sebesar 80%. Penilaian ini diperoleh dari perbandingan nilai kenyataan dan harapan pasien. Apabila dilihat dari masing-masing dimensi, diperoleh tiga dimensi yang termasuk tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan dan bukti fisik. Sedangkan dimensi jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas. Kehandalan Reliability merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan Herlambang, 2016. Pasien merasa tidak puas terhadap kehandalan petugas dikarenakan masih terdapat pasien yang merasa pemindahan pasien ke kamar rawat yang dilakukan cukup lama. Biasanya pasien diharapkan untuk menunggu sampai beberapa jam sampai kamar rawat siap untuk digunakan. Ketanggapan Responsiveness adalah respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pasien dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan petugas dalam melayani pasien, dan menangani keluhan pasien Herlambang, 2016. Pasien merasa tidak puas terhadap ketanggapan petugas karena pelaksanaan visite dokter kepada pasien yang seringkali dokter datang tidak tepat waktu sehingga pasien harus menunggu dan merasa pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapannya. Menurut pasien, visite oleh dokter biasanya dilaksanakan di pagi hari yaitu antara pukul Namun, akibat kurangnya informasi yang 34 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 diterima pasien mengenai SOP jadwal visite mengakibatkan pasien tidak mengetahui kepastian jadwal visite yang seharusnya. Bukti fisik Tangible adalah wujud nyata secara fisk yang meliputi tampilan dan kelengkapan fasilitas fisik seperti gedung bangunan dan ruang perawatan, kelengkapan peralatan medis dan nonmedis, serta kerapihan dan kenyamanan ruang perawatan dan ruang tunggu Herlambang, 2016. Pasien merasa tidak puas terhadap bukti fisik dikarenakan tidak tersedianya papan petunjuk ruangan yang mengakibatkan pasien dan keluarganya sulit untuk menemukan tempat ruang perawatannya. Namun demikian, ruang perawatan yang terdapat di instalasi rawat inap ini dirasa sudah cukup memberikan kenyamanan bagi pasien. Jaminan Assurance adalah kemampuan petugas dalam memberikan keyakinan kepada pasien untuk merasa aman terhadap jasa pelayanan yang diterimanya. Pasien sudah merasa puas akan jaminan yang diberikan karena pasien merasa aman terhadap tindakan yang diberikan oleh dokter dan perawat dalam menangani pasien. Pasien juga merasa bahwa petugas di instalasi rawat inap dapat menjaga kerahasiaan diagnosis penyakit pasien. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pasien berhak mendapatkan kerahasiaan dan privasi mengenai penyakit yang dideritanya termasuk juga data-data medisnya. Pasien juga telah merasa puas akan empati petugas yang diterima oleh pasien karena pasien merasa selalu dilayani dengan adil, tidak memandang status sosial pasien, dan tidak membeda-bedakan. Hal ini telah sesuai dengan Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2018, yang menyatakan bahwa pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi. Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana diketahui bahwa pelayanan prima berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien, artinya semakin baik pelayanan prima yang dilakukan maka semakin baik pula tingkat kepuasan pasien yang dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kelana 2015 yang menunjukkan terdapat pengaruh antara variabel pelayanan prima perawat terhadap tingkat kepuasan pasien. Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian oleh Suroso et al. 2015 yang menyatakan adanya pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kepuasan pasien setelah perawat mendapatkan pelatihan pelayanan prima. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap perawat terjadi peningkatan jika dibandingkan antara sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barata 201427, yang menyebutkan bahwa pelayanan prima merupakan pelayanan yang optimal untuk menghasilkan kepuasan pelanggan. Pelaksanaan pelayanan prima merupakan wujud kepedulian terhadap pelanggan atau pasien dengan memberikan layanan yang terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan pasien dan mewujudkan kepuasannya. Dalam memberikan pelayanan yang prima bagi pasien, hal yang paling penting ialah pelayanan tersebut haruslah berorientasi kepada kepentingan pasien sehingga memungkinkan petugas untuk mampu memberikan kepuasan yang optimal. Upaya memberikan pelayanan prima ini dapat diwujudkan apabila dapat menonjolkan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab yang baik dan terkoordinasi. Menurut Valentino, 2012, komponen kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Komponen-komponen dalam pelayanan prima tersebut membuktikan bahwa kepuasan pelanggan berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh karyawan kepada pelanggannya. Walaupun kepuasan pasien cenderung tidak dapat bersifat tetap, karena ukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan pada dasarnya merupakan hasil yang bersifat subjektif dan Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 35 dinamis. Namun, cara terbaik yang dapat dilakukan ialah menjadikan perbedaan-perbedaan yang terjadi sebagai masukan bagi pihak rumah sakit dan untuk menggali lebih dalam lagi fenomena yang terjadi sampai diperoleh solusi terbaik dan tentunya berdasarkan dengan pelayanan prima yang diberikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar pasien menilai pelayanan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember cukup prima dan masing-masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup baik. Selain itu, dimensi kepuasan pasien yang termasuk dalam kategori puas yaitu dimensi jaminan dan empati. Sedangkan yang termasuk dalam kategori tidak puas ialah dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti fisik. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan adanya pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk rumah sakit yaitu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima dan memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan yang secara bergiliran untuk mengikuti pelatihan tersebut, petugas sebaiknya berperan lebih aktif dalam memenuhi kebutuhan pasien seperti dalam memberikan informasi yang dibutuhkannya, dokter harus lebih mematuhi jadwal visite sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, serta melakukan pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur dan standar profesinya DAFTAR RUJUKAN 1] Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara, Jakarta. 2] Barata, 2014. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo, Jakarta. 3] Cahyono, U. 2012. Kajian Mutu Pelayanan Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Yang Telah Lulus Akreditasi Ditinjau Dari Kriteria Malcolm Baldrige. Universitas Indonesia. 4] Daryanto, S. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Gava Media, Yogyakarta. 5] Hadiyati, I., Sekarwana, N., Sunjaya, Setiawati, 2017. Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar atas Ekspektasi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional. 6] Herlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta Gosyen Publishing 18. 7] Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Gosyen Publishing, Yogyakarta. 8] Kelana, 2015. Pengaruh Penerapan Pelayanan Prima Service Excellence Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota Pontianak. Jurnal ProNers 3. 9] Nasution, 2001. Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management. Ghalia Indonesia, Yogyakarta. 10] Suroso, S., Haryati, Novieastari, E. 2015. Pelayanan Keperawatan Prima Berbasis Budaya Berpengaruh terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia 18, 38–44. 11] Valentino, J. 2012. Pengaruh Pelayanan Prima Service Excellence Terhadap Kepuasan Pelanggan di Prima Swalayan Cabang Nganjuk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1. 12] Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya. ... Evaluasi hasil pelatihan dilakukan dalam tenggang waktu selama tiga minggu setelah pelaksanaan pelatihan, dan follow up diberikan enam minggu setelah pelatihan, hasilnya adalah layanan perawat meningkat secara signifikan setelah pelatihan service exelence diberikan. 16 Menurut asumsi peneliti sebelum dan sesudah pelatihan service excellent didapatkan ada perubahan semakin bagus. Pelatihan untuk perawat di rumah sakit memang harus sering diberikan, pelatihan yang bisa menjadikan kualitas rumah sakit semakin bagus dengan memberikan pelaihan service excellent merupakan pelatihan yang jarang diberikan oleh bagian kediklatan, rata-rata pelatihan yang lebih sering diberikan adalah pelatihan berupa keterampilan dalam tindakan asuhan keperawatan misal pelatihan pasang infus, pelatihan gawat darurat dan pelatihan perawatan luka. ...Ani Widya AstutiSancka StellaIndri SarwiliLatar Belakang Pelayanan prima service excellent adalah bentuk perhatian kepada pasien dengan mempersembahkan layanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien. Kinerja perawat dan pelayanan pelayanan tenaga kesehatan di rumah sakit saat ini jadi perhatian pasien. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelatihan service excellent terhadap kinerja perawat. Metode Metode penelitian ini bersifat pre experimental dengan menggunakan instrument baku kinerja perawat IPA Informance Performance Analysis. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Dengan jumlah populasi 138 perawat, tapi yang memenuhi syarat penelitian hanya 20 sampel. Hasil Hasil dari penelitian ini ialah ada efektivitas pelatihan service excellent terhadap kinerja perawat RS Bina Husada Cibinong Bogor Tahun 2022. Kesimpulan Ada efektivitas pelatihan service excellent terhadap kinerja perawat RS Bina Husada Cibinong Bogor Tahun 2022 dengan p-value 0,000 < 0, pelanggan terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dapat diwujudkan dengan melaksanakan pelayanan prima. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pelayanan prima berbasis budaya terhadap tingkat kepuasan pasien di rumah sakit. Metode penelitian menggunakan quasi experiment dengan rancangan pre and post with control group design. Jumlah sampel adalah tiga puluh lima perawat dan seratus empat puluh pasien. Teknik pengambilan sampel untuk perawat menggunakan total sampling, sementara untuk pasien dilakukan dengan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna p< 0,05 terhadap tingkat kepuasan pasien setelah perawat mendapatkan pelatihan pelayanan prima berbasis budaya pada sebelum dan sesudah di kelompok intervensi. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah perlunya meningkatkan peran supervisi agar keberlangsungannya tetap terjaga. Selain itu, untuk penelitian berikut dapat juga dilakukan dengan model triangulasi. Abstract Nursing Care Prima Culture-Based Influence to Patient Satisfaction in Hospitals. This research aimed to determine the effect of service excellent based on culture to patient satisfaction level in installation of hospitalization Hospital Jayapura. This research is a quasi experiment with pre and post with control group design. The number of samples is someone 35 nurses and 140 patients. The results showed have significant effect p< 0,05 on the level of patient satisfaction after nurses receive training excellent service based onculture pre and post intervention group. Recommendations can be given is the need to enhance the role of supervision in order to maintain continuity, for the following research maybe done by triangulation models. Keywords culture, nursing, patient satisfaction, service excellencePengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa AksaraA AzwarAzwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara, Pelayanan PrimaA A BarataBarata, 2014. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo, dan Pelayanan PrimaS DaryantoDaryanto, S. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Gava Media, Pelayanan Kesehatan Rumah SakitS HerlambangHerlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta Gosyen Publishing Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah SakitS HerlambangA MurwaniHerlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Gosyen Publishing, Penerapan Pelayanan Prima Service Excellence Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota PontianakM T KelanaKelana, 2015. Pengaruh Penerapan Pelayanan Prima Service Excellence Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota Pontianak. Jurnal ProNers Pelayanan Prima Service Excellence Terhadap Kepuasan Pelanggan di Prima Swalayan Cabang NganjukJ ValentinoValentino, J. 2012. Pengaruh Pelayanan Prima Service Excellence Terhadap Kepuasan Pelanggan di Prima Swalayan Cabang Nganjuk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1. Pengabdian Masyarakat ini bertujuan agar perawat dapat memahami konsep service pentingnya service bagi kelangsungan bisnis rumah sakit. Perawat mampu melihat service dari sudut pandang customer pasien dan memahami Nine Service Bites” yaitu Access, Responsiveness, Competency, Courtesy, Reliability, Speed, Security, Tangible, Professional. Membantu perawat memahami komunikasi yang efektif sehingga mampu menciptakan image yang baik dari rumah sakit di mata customer. Solusi yang diberikan adalah Penguatan Peran kepada Perawat dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan melalui Pelatihan layanan Prima Excellent Sevices di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Pelatihan layanan prima yang diberikan, memberikan dampak terhadap peningkatan persentase kepuasan pasien terhadap layanan asuhan keperawatan. Semakin baik persepsi pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit maka semakin rendah kecemasan yang dialaminya. Rencana Tindak Lanjut RTL sebagai Saran Adalah menyediakan kuesioner untuk mengukur Kepuasan Pasien terhadap layanan keperawatan, yang disediakan di ruangan, membuat jadwal evaluasi bulanan untuk mengawal kesinambungan pelaksanaanan pasca pelatihan. Respon pimpinan rumah sakit terkait pelaksanaan kegiatan adalah adanya draft Kebijakan Pimpinan Rumah Sakit tentang Pelaksanaan SPO Pelayanan Prima, Pemilihan Champion Layanan Prima pada setiap ruangan perawatan di rumah sakit USU Medan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ISSN 2549-8347 Online, ISNN 2579-9126 Print Volume 3 No. 1 Maret 2019 25 PENGUATAN PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI PELATIHAN LAYANAN PRIMA STRENGTHENING THE ROLE OF NURSES IN THE IMPLEMENTATION OF NURSING CARE THROUGH EXCELLENT SERVICE TRAINING 1Roymond H. Simamora, 2Jenni Marlindawani Purba, 3Evi Karota Bukit, 4Nurbaiti 1,2,3,4Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalan Prof T. Ma’as No 3 Kampus USU Padang Bulan, Medan. Sumatera Utara roymond_oy ABSTRAK Pengabdian Masyarakat ini bertujuan agar perawat dapat memahami konsep service pentingnya service bagi kelangsungan bisnis rumah sakit. Perawat mampu melihat service dari sudut pandang customer pasien dan memahami Nine Service Bites” yaitu Access, Responsiveness, Competency, Courtesy, Reliability, Speed, Security, Tangible, Professional. Membantu perawat memahami komunikasi yang efektif sehingga mampu menciptakan image yang baik dari rumah sakit di mata customer. Solusi yang diberikan adalah Penguatan Peran kepada Perawat dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan melalui Pelatihan layanan Prima Excellent Sevices di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Pelatihan layanan prima yang diberikan, memberikan dampak terhadap peningkatan persentase kepuasan pasien terhadap layanan asuhan keperawatan. Semakin baik persepsi pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit maka semakin rendah kecemasan yang dialaminya. Rencana Tindak Lanjut RTL sebagai Saran Adalah menyediakan kuesioner untuk mengukur Kepuasan Pasien terhadap layanan keperawatan, yang disediakan di ruangan, membuat jadwal evaluasi bulanan untuk mengawal kesinambungan pelaksanaanan pasca pelatihan. Respon pimpinan rumah sakit terkait pelaksanaan kegiatan adalah adanya draft Kebijakan Pimpinan Rumah Sakit tentang Pelaksanaan SPO Pelayanan Prima, Pemilihan Champion Layanan Prima pada setiap ruangan perawatan di rumah sakit USU Medan. Kata kunci Asuhan Keperawatan, Layanan Prima, Kepuasan Pasien ABSTRACT Community Service aims to enable nurses to understand the concept of service the importance of service for the survival of the hospital business. Nurses are able to see service from the point of view of the customer patient and understand Nine Service Bites "namely Access, Responsiveness, Competency, Courtesy, Reliability, Speed, Security, Tangible, Professional. Helping nurses understand effective communication so as to create a good image from the hospital in the eyes of the customer. The solution provided was Strengthening Roles to Nurses in Nursing Care Services through Excellent Sevices at the University of North Sumatra hospital. Excellent service training provided, has an impact on increasing the percentage of patient satisfaction on nursing care services. The better the perception of inpatients towards nursing services in the hospital, the lower the anxiety they experience. Follow-up Plans that will be carried out are providing a questionnaire to measure Patient Satisfaction with nursing services, provided in the room, making a monthly evaluation schedule to oversee the continuity of post-training implementation. The response of the head of the hospital regarding the implementation of the activity was the existence of a draft Policy on Hospital Leaders concerning Implementation of the Excellent Service SPO, Selection of Champion Prima Services in each treatment room at USU Medan hospital Keywords Nursing Care, Excellent Service, Patient Satisfaction Submited 15 Juli 2018 Revision 29 Oktober 2018 Accepted 16 November 2018 Roymond H. Simamora, Jenni Marlindawani Purba, Evi Karota Bukit, Nurbaiti Penguatan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima 26 JPPM ISSN 2549 – 8347 Online ISNN 2579 – 9126 Print Vol. 3 No. 1 Maret 2019 PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan organisasi yang dengan segala fasilitas kesehatannya diharapkan dapat membantu pasien dalam meningkatkan kesehatan dan mencapai kesembuhan yang optimal baik fisik, psikis maupun sosial. Rumah Sakit menyediakan pelayanan yang bermutu tinggi yang diberikan kepada pasien, berdasar standar kualitas tertentu untuk memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan harapan pasien, sehingga tercapai kepuasan pasien dan akan menyebabkan peningkatan kepercayaan pasien kepada rumah sakit Aswad, 2015. Pelayanan Rumah Sakit melibatkan seluruh karyawan dari manajer puncak sampai ke pekarya. Para profesi merupakan ujung tombak pelayanan di Rumah Sakit, yang tidak hanya dituntut profesional akan tetapi juga diharapkan peran serta aktifnya dalam menjaga manajemen mutu rumah sakit. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, di era keterbukaan informasi, membuat pasien menjadi lebih kritis dalam memilih pelayanan terbaik serta menjadi lebih berani untuk mengungkapkan kritik maupun saran melalui media sosial. Melihat kondisi tersebut agar dapat bersaing dan bertahan di tengah persaingan bisnis rumah sakit yang ketat maka rumah sakit tersebut harus memiliki sumber daya manusia SDM yang berkualitas pula agar pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dapat optimal Simamora, 2017. Tuntutan pelanggan terhadap perbagai aspek pelayanan di Rumah Sakit dirasakan semakin meningkat, antara lain dengan semakin meningkatnya arus pasien yang berobat ke luar negeri. Dengan berlakunya era perdagangan bebas, maka kedudukan Rumah Sakit milik Bangsa Indonesia akan terancam oleh Rumah Sakit milik negara-negara asing yang mulai meyerbu negara kita. Hal ini merupakan tantangan yang sangat berat bagi pengelola Rumah Sakit di Indonesia Kusuma, 2013. Rumah Sakit USU merupakan salah satu Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri yang dikembangkan di Indonesia oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Berlokasi di Jalan dr Mansyur, kawasan Kampus USU Padang Bulan Medan, mulai operasional pada tahun 2016, masih muda jika dibandingkan dengan rumah sakit yang terlebih dahulu beroperasi di kota Medan. RS USU diharapkan dapat berperan sebagai rumah sakit pelayanan rujukan dan riset klinik di wilayah Indonesia Barat, khususnya daerah Sumatera Utara. Rumah Sakit USU memiliki kapasitas 100 tempat tidur yang akan dikembangkan hingga mencapai taraf RS Tipe B, fasilitas lain yang dimiliki adalah perawatan Intensif. Instalasi gawat darurat dengan pelayanan 24 jam, kamar bedah, ruang persalinan, perawatan intensif, pelayanan hemodialise dan rehabilitasi Departemen Klinis akan menyelenggarakan fungsi pendidikan, riset dan pelayanan. Teknologi dan sistem informasi rumah sakit ditata secara maksimal untuk mengakomodasi penyelenggaraan kegiatan administrasi, pendidikan, riset dan pelayanan tersebut. Seluruh pengembangan akan dilaksanakan secara bertahap. Dalam menyelenggarakan pelayanan, Rumah Sakit USU memilih motto Kualitas, Aman dan Bersahabat Quality, Safety and Friendly. Rumah Sakit USU menganut dua nilai dasar, yaitu nilai pertama Salus aegroti suprema lex, yakni Kepulihan pasien adalah hukum tertinggi pelayanan berorientasi kepada pasien; nilai kedua adalah Primum non nocere yakni tidak membahayakan patient safety. Salah satu solusi dalam meningkatkan daya saing Rumah Sakit adalah dengan melakukan tindakan nyata dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit baik yang bersifat medik maupun non medik, terutama yang bersifat Customer Oriented, yang salah satunya adalah bagaimana petugas kesehatan memberikan pelayanan prima kepada pasien dan keluarga sehingga dengan adanya pelayanan prima ini pasien maupun Roymond H. Simamora, Jenni Marlindawani Purba, Evi Karota Bukit, Nurbaiti Penguatan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima 27 JPPM ISSN 2549 – 8347 Online ISNN 2579 – 9126 Print Vol. 3 No. 1 Maret 2019 keluarga akan merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan, sehingga mereka akan menjadi sumber ”voice of mouth” yang positif Yahya, 2014. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan di rumah sakit dikatakan kurang, jika banyaknya pasien merasa tidak puas akan pelayanan yang diberikan. Ketidakpuasan pasien harus segera diatasi, jika tidak maka dapat berakibat kepada penurunan jumlah kunjungan rumah sakit. Menurut Suherni 2014, pelanggan merupakan nafas kehidupan atau aset dari setiap organisasi, jika jasa suatu organisasi tidak disukai pelanggan maka organisasi itu akan mati. Begitu juga halnya dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pasien akan mencari rumah sakit lain yang memberikan pelayanan sesuai dengan harapannya. Kepuasan pasien dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan, baik buruknya kualitas pelayanan yang diberikan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa, dalam hal ini adalah sumber daya manusia di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu profesi yang menjadi sumber daya manusia di rumah sakit yang berperan besar dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Ranika, 2016, menemukan bahwa secara keseluruhan variabel pelayanan yang diberikan oleh perawat merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pencapaian kepuasan pasien dibandingkan dengan variabel pelayanan staf, proses admisi, pelayanan dokter, dan ruangan. Perawat adalah suatu profesi yang mengkhususkan pada upaya penanganan dan perawatan pasien. Fungsi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pendidikankesehatan kepada pasien baik dalam keadaan sakit maupun sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal. Perawat harus bisa melayani pasien dengan baik, menghargai dan bersikap caring kepada pasien Safrina, 2014. Perawat menghabiskan waktunya 24 jam bersama pasien, mulai dari pemberian asuhan keperawatan dasar seperti kebersihan dan ambulasi sampai dengan asuhan keperawatan yang berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya. Tingginya intensitas interaksi antara perawat dengan pasien menyebabkan pelayanan keperawatan ini menjadi indikator dari bermutu atau tidaknya pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit khususnya di ruang rawat inap Noor, 2001. Perawat merupakan salah satu penggerak mutu dan kualitas layanan di rumah sakit yang diwujudkan melalui pelayanan prima Suherni, 2014. Pelayanan prima sangat penting dilaksanakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien karena selain berkonstribusi dalam meningkatkan kualitas layanan, pelayanan prima juga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mendorong pasien untuk datang kembali berobat di rumah sakit tersebut Sugiarto, 1999. Untuk mengawal layanan keperawatan yang ada di RS USU, maka muncul pertanyaan, Apa yang harus dilakukan olehperawat dalam pencapaian VISI dan Misi RS USU?. Keperawatan harus mampu mendemonstrasikan performa perawat dalam pemberian layanan asuhan keperawatan berkualitas sesuai dengan kapasitas profesionalisme yang dimilikinya, dalam berbagai situasi dan kondisi, sehingga dapat menjadi the right person with the right skill in the right job at the right place. Untuk mempersiapkan Perawat mencapai visi dan Misi tersebut, Fakultas Keperawatan sebagai salah satu Mitra rumah sakit, ikut bertanggung jawab dalam mengawal kualitas layanan yang diberikan, khususnya layanan keperawatan. Roymond H. Simamora, Jenni Marlindawani Purba, Evi Karota Bukit, Nurbaiti Penguatan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima 28 JPPM ISSN 2549 – 8347 Online ISNN 2579 – 9126 Print Vol. 3 No. 1 Maret 2019 METODE Solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan perasalahn mitra adalah melakukan penguatan pelayanan asuhan melalui Pelatihan layanan Prima Excellent Sevices. Pelaksanaan program ini disusun secara sistematis pada alur kerja dengan pendekatan 1. Pendekatan Partisipatif. Dilakukan secara koordinatif, melibatkan Tim Pelaksana Dosen dan mahasiswa Fakultas Keperawatan USU dengan Mitra yaitu Rumah Sakit USU. Pendekatan ini untuk komunikasi dan koordinasi sebagai wadah strategis untuk membahas persoalan administratif, teknis,, secara terbuka dan demokratis untuk menemukan solusinya bagi pihak-pihak yang dilibatkan. 2. Pendekatan Konseptual. Dilakukan dengan pola pembinaan sikap dan mental Perawat di rumah sakit USU, melalui Pelatihan oleh ahli di bidangnya. Harapannya Perawat Rumah Sakit USU memiliki kesadaran tinggi sikap mental positif, motivasi tinggi, semangat, dan kepercayaan diri untuk terlibat dan melaksanaakan layanan prima dalam keperawatan. 3. Pendekatan Teori dan Praktik. Dilakukan melalui kegiatan pelatihan, diskusi dan role play. 4. Pendekatan Reflektif. Dilakukan dengan melakukan evaluasi kegiatan, serta kegiatan refleksi untuk perencanaan tindak lanjut sebagai bentuk monitoring dan pendampingan, baik terprogram maupun insidental guna menjaga kualitas hasil kegiatan serta meningkatkan kemitraan, Serafino, 2010, HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah I Pengumpulan Data Awal Kegiatan ini diawali dengan menyusun 2 kuesioner berdasarkan kuesioner yang dikembangkan melalui Penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis layanan prima. Kuesioner 1 dibagikan kepada perawat untuk mengetahui gambaran pemahaman perawat terhadap layanan prima dalam keperawatan. Kuesioner 2 dibagikan untuk mengetahui kepuasan terhadap pelayanan asuhan yang diberikan oleh perawat yang dipersepsikan oleh pasien. Adapun hasil langkah 1 ini tersaji sebagai berikut Tabel 1. Distribusi Perawat Berdasarkan Pengetahuan terhadap Layanan prima Dalam Keperawatan Tabel 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Kepuasan terhadap Layanan Asuhan Keperawatan Langkah II. Forum Group Diskusi I Hasil pengumpulan data awal selanjutnya disajikan dalam Forum Group Diskusi FGD, yang dihadiri oleh pimpinan Rumah Sakit serta manajer keperawatan. Hasil dari FGD disepakati untuk pelaksanakan kegiatan Penguatan Peran Perawat dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan melalui Pelatihan layanan Prima. Tujuannya adalah agar peserta memahami konsep service bagi kelangsungan bisnis rumah sakit. Peserta mampu melihat service dari sudut pandang customer pasien dan memahami 9 Service Bitesyaitu Access, Responsiveness, Competency, Courtesy, Reliability, Speed, Security, Tangible, Professional. Membantu peserta memahami komunikasi yang efektif Roymond H. Simamora, Jenni Marlindawani Purba, Evi Karota Bukit, Nurbaiti Penguatan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima 29 JPPM ISSN 2549 – 8347 Online ISNN 2579 – 9126 Print Vol. 3 No. 1 Maret 2019 sehingga mampu menciptakan image yang baik dari rumah sakit di mata customer. Melatih peserta untuk membedakan tipe pasien dan secara terampil menghadapi keluhan pasien. Peserta mampu mendeliver service kepada pasien dengan tujuan memberikan pengalaman yang luar biasa yang akan berbuah pada loyalitas pasien Rahma, 2010. Langkah III. Penyusunan Modul Pelatihan dan Persiapan Kegiatan Agar kegiatan sesuai dengan harapan pelaksanaannya, maka dilakukan penyusunan modul pelatihan. Adapun materi yang disajikan dalam modul pelatihan adalah basic mentality for service excellence, rumah sakit vs pasien, karakteristik rumah sakit vs karakteristik pasien, keterampilan service excellence, penanganan keluhan, pengembangan layanan, action plan and improvement, budaya 3A membangun service excellence Attitude, Attention & Action. Adapun persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan adalah dengan melakukan persiapan administrasi perijinan penggunaan tempat aula rumah Sakit USU, pengurusan Satuan Kredit Point SKP dari organisasi Profesi PPNI, dan persiapan perlengkapan sarana-prasarana pendukung kegiatan. Langkah IV. Pelaksanaan Penguatan Peran Perawat Dilakukan dalam Bentuk kegiatan pelatihan. Pelatihan ini dilaksanakan Selama 2 hari 27-28 Mei 2018, dengan 56 orang peserta Hari I, dan 56 orang pada hari ke 2. Materi Pelatihan disampaikan dengan Metode Ceramah, Diskusi kelompok, Pemutaran Vidio dan simulasi Role Play. Pelatihan di mulai pada pukul bertempat di Aula Rumah Sakit USU Medan. Pada saat pelatihan dilakukan observasi terhadap peserta dan diakhir penyampaian materi dilakukan kegiatan Refleksi, dengan hasil seluruh peserta aktif dan antusias mengikuti sesi demi sesi pelatihan, dan peserta berharap agar kegiatan serupa jangan hanya sekali saja, akan tetapi menjadi agenda rutin yang terjadwal. Langkah V. Pelaksanaan Observasi Satu Minggu Setelah Pelaksanaan Pelatihan, dilakukan observasi insidental 4 kali dalam sebulan, yang dilaksanakan selama 3 bulan Juni Agustus 2018, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah perawat mau menerapkan hasil pelatihan yang dilakukan. Temmuan dilapangan menunjukkan masih ada perawat yang tidak komit dengan penguatan yang telah ada, dan atas temuan ini dilakukan choaching agar perawat termotivasi untuk ikut berperan aktif dalam pengawalan mutu layanan asuhan. Langkah VI. Forum Group Discussion 2 Seluruh hasil observasi yang telah dilaksanakan, disajikan dalam Kegiatan Forum Group Diskusi FGD yang melibatkan pimpinan rumah sakit dan manajer keperawatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dampak dari penguatan yang telah dilakukan. Hasil dari FGD disepakati untuk mengukur kembali kepuasan pasien terhadap layanan asuhan yang diberikan oleh perawat. Langkah VI. Pengumpulan Data Pasca Penguatan Hasil pengumpulan data kepuasan pasien terhadap layanan asuhan yang diberikan perawat pasca kegiatan penguatan, tersaji sebagai berikut Tabel 3. Distribusi Pasien Berdasarkan Kepuasan terhadap Layanan Asuhan Keperawatan pasca kegiatan Penguatan Roymond H. Simamora, Jenni Marlindawani Purba, Evi Karota Bukit, Nurbaiti Penguatan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima 30 JPPM ISSN 2549 – 8347 Online ISNN 2579 – 9126 Print Vol. 3 No. 1 Maret 2019 Hasil yang diperoleh dari pengumpulan data pasca penguatan ini adalah adanya peningkatan persentase kepuasan pasien terhadap layanan asuhan keperawatan. Jika dilihat peningkatan persentase ini masih rendah, akan tetapi sebagai kegiatan pemula, ada harapan bahwa perawat akan termotivasi untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan prinsip layanan prima. Suherni 2014 mengemukakan bahwa semakin baik persepsi pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit maka semakin rendah kecemasan yang dialaminya. Pelayanan prima yang diberikan perawat, seperti mau mendengarkan keluhan pasien secara tuntas, penuh pengertian, penerimaan dan ketulusan serta empati akan sangat membantu proses kesembuhan pasien dan munculnya kesediaan pasien untuk bekerja sama dalam proses pengobatan, akibatnya perasaan cemas, takut dan depresi akan terkurangi dan akibat lebih lanjut berupa kesembuhan pasien menjadi lebih cepat tercapai. Melalui pelatihan ini, perawat dapat mengetahui kelebihan dan kelemahannya, sehingga perawat berusaha untuk mengoptimalkan kelebihannya dan mengatasi kelemahannya. Memberikan keterampilan pada perawat untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan pasien, sehingga perawat berusaha menolong dan memberikan pelayanan pada pasien dengan sebaik-baiknya Simamora, 2018. Seperti yang hasil penelitian yang dilakukan oleh Ranika 2016 bahwa kemampuan empati yang tinggi akan menimbulkan tingginya intensi prososial pada perawat, membuat perawat mampu berhubungan dengan pasien secara hangat dan tulus, sehingga dalam mendengarkan keluhan pasien tentang penyakitnya maka perawat akan dapat mengerti bahwa apa yang dikeluhkan merupakan kondisi yang sebenarnya. Hal tersebut berpengaruh terhadap respon yang diberikan perawat, yang terasa tepat dan benar oleh pasien karena ekspresi yang muncul baik verbal. Langkah VII. Hasil Akhir Pada akhirnya, keseluruhan keterampilan yang diberikan pada pelatihan membuat perawat mampu melaksanakan perannya dalam pelayanan asuhan keperawatan. Hasil temuan ini telah disampaikan dalam Forum Group discussion, bersama dengan seluruh kepala ruangan, manajer keperawatan, komite keperawatan, dan secara bersama sama merumuskan Rencana Tindak Lanjut RTL yang akan di lakukan yaitu menyediakan kuesioner untuk mengukur kepuasan pasien terhadap layanan keperawatan, yang disediakan di ruangan, membuat jadwal evaluasi bulanan untuk mengawal kesinambungan pelaksanaanan pasca pelatihan. Respon pimpinan rumah sakit terkait pelaksanaan kegiatan adalah adanya draft kebijakan pimpinan Rumah Sakit tentang Pelaksanaan SPO Pelayanan Prima, Pemilihan Champion Layanan Prima pada setiap ruangan perawatan di rumah sakit USU Medan. SIMPULAN Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini memberi pengetahuan dan motivasi kepada perawat untuk mau dan mampu memberikan layanan prima dalam keperawatan. Pelaksanaan pelayanan prima oleh perawat memberikan dampak terhadap peningkatan kepuasan pasien ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dibiayai oleh Universitas Sumatera Utara, sesuai dengan perjanjian Nomor 172/ Tanggal 16 April 2018 Tentang Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Roymond H. Simamora, Jenni Marlindawani Purba, Evi Karota Bukit, Nurbaiti Penguatan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima 31 JPPM ISSN 2549 – 8347 Online ISNN 2579 – 9126 Print Vol. 3 No. 1 Maret 2019 Masyarakat Program Mono Tahun, Tahun Anggaran 2018 DAFTAR PUSTAKA Aswad, S., Mulyadi., Lolong, J. 2015. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Chasan Boesoirie Ternate, ejournal Keperawatan e-Kp, 3 2 Kusuma. 2013. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien diRawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6 1 72-81 Noor. M. 2001. Efektifitas Pelayanan Prima sebagai Upaya meningkatkan Pelayanan di rumah Sakit. Jurnal Psikologi, 2, 105 – 115. Rahma. Y. N. 2010. Manajemen Pelayanan Graha Ilmu Ranika. E. B. 2016. Pengaruh Aplikasi Protokol Caring Pada Penerimaan Pasien Baru Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Medan. Thesis. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Safrina. E. 2014. Turn Over Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Swasta di Kota Medan. Thesis. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Simamora. 2018. Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien berbasis Komunikasi Efektif. Usu Press Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. 2017. Penguatan Kinerja Perawat dalam pemberian Asuhan keperawatan Melalui pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah sakit Royal Prima Medan. Jurnal Pengabdian Masyarakat. UNIMED., 23 2,300-304. Sugiarto, E. 1999. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Suherni. 2014. Hubungan Kualitas Pelayanan Prima Perawat dengan Loyalitas Pasien di RSUD Dr. Pirngadi. Thesis. Magister Keperawatan USU. Repositori USU Yahya. S. Z. 2014. Pengaruh Kualitas Pelayanan Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Terpadu Rindu RSUP H. Adam Malik Medan. Thesis. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. ... Hal ini membuktikan bahwa pelayanan memiliki peran penting dalam sebuah sistem yang dijalankan berkaitan dengan kualitas, baik kualitas hidup maupun kualitas produk. Semakin tinggi kualitas pelayanan, maka semakin rendah tingkat kekhawatiran pelanggan terhadap pelayanan sebuah instansi Simamora et al., 2019. Dalam kasus pendidikan, Semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan, semakin rendah pula keraguan masyarakat dalam memutuskan memilih sekolah tersebut. ...... Agenda tersebut di bawah tanggung jawab yayasan bidang pendidikan. Melalui pelatihan pelayanan prima, penyedia layanan jasa mampu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam melakukan pelayanan Simamora, 2018. Training pelayanan prima yang dilaksanakan setiap tahun di SDIT Taqiyya Rosyida mampu menjadi sarana berbenah seluruh tenaga pendidik dan kependidikan. ... Fantika Febry Puspitasarip> Education is a public service institution that aims to educate the nation. In achieving this goal, SDIT Taqiyya Rosyida is committed to dedicate excellent services to achieve the quality of education. The purpose of this research is to know how to implement excellent services as an effort to improve the marketing of schools in SDIT Taqiyya Rosyida. This research uses qualitative methods of descriptive. Data is collected through observation, interviews, and documentation. Research subjects are principals and research informers include teachers, students, employees, and parents. The results of this research are the implementation of excellent services in the form of 1 Training of Excellence Services, 2 creating friendly communication, 3 animate a family atmosphere, 4 provide quality facilities, where the implementation of excellent services was able to make SDIT Taqiyya Rosyida reached the acceptance of 112 students divided into 4 study groups, in the fifth year.

pelayanan prima di rumah sakit